Curhat Lebaran
Bismillahirrahmanirrahim.....
Sebelum cerita lebih lanjut, mau ngucapin maaf lahir bathin ya buat semuanya. Semoga kita menjadi pribadi yang lebih baik lagi dari sebelumnya. Kebiasaan-kebiasaan baik yang dilakukan di Ramadhan kemarin tidak ditinggal begitu saja dan semoga kita masih dipertemukan kembali dengan RamadhanNYA nanti, Aamiin 🙏🙏
Sebelum cerita lebih lanjut, mau ngucapin maaf lahir bathin ya buat semuanya. Semoga kita menjadi pribadi yang lebih baik lagi dari sebelumnya. Kebiasaan-kebiasaan baik yang dilakukan di Ramadhan kemarin tidak ditinggal begitu saja dan semoga kita masih dipertemukan kembali dengan RamadhanNYA nanti, Aamiin 🙏🙏
Masih dalam bulan Syawal, jadi tema untuk posting colab saya dan Uci kali ini yaitu curhat Lebaran kemarin #Lebaran2017.
Lebaran 2017 ini adalah jadi lebaran keempat saya setelah menikah, lebaran ketiga setelah Faraz lahir tapi lebaran kali ini jadi lebaran pertama yang kami rasakan jauh dari Pak Suami. Iyah, jadilah tahun ini saya memutuskan tidak ikut Pak Suami untuk mudik ke kampung halamannya untuk berkumpul bersama keluarga besarnya seperti lebaran-lebaran sebelumnya karena alasan kesehatan.
Sejak pertengahan Ramadhan memang sebenarnya saya mulai ragu apakah bisa ikut mudik atau tidak karena kondisi saya yang lagi hamil ini. Belum lagi cuaca yang tidak menentu, hujan yang terus menerus sejak bulan lalu berefek ke jalanan yang akan dilalui jadi rusak. Lihat beritanya jadi makin takut aja untuk ikut berangkat. Tapi beberapa hari sebelum cuti kami ngobrol dan saya memutuskan untuk ikut serta.
Baca juga: Pillow Talk sebagai Bonding
Sayangnya keesokan pagi setelah ngobrol itu Faraz mendadak demam. Padahal malamnya suhu tubuhnya normal, meski batuk sih karena ikut tertular Bapaknya yang udah beberapa hari terserang batuk. Nah, karena Faraz demam itu dia jadi super lemas, hari itu saya ijin tidak masuk kantor. Seharian doi rewel gak mau lepas dari saya, gak mau ditinggal, saya jadi harus menunggu dia tidur lelap klo mau ke belakang ataupun Shalat.
H-1 dari hari yang kami sepakati sebelumnya untuk mudik, Faraz masih batuk meski sudah tidak demam tinggi lagi dan sudah mulai ceria lagi, sore itu saya malah sempat bawa dia ikut bukber dengan teman-teman kuliah dulu. Nah, saat Pak Suami mulai packing karena rencana semula kami akan berangkat keesokan harinya setelah sahur dan Shalat Subuh saya bilang ke Pak Suami bahwa baiknya saya dan Faraz tidak ikut serta saja daripada jadi pusing di jalan. Mengingat jarak yang akan kami tempuh itu lumayan jauh, melewati darat dan menyebrang laut pula. Belum lagi kabarnya jalan darat itu banyak yang rusak, ditambah lagi antrian di pelabuhan yang padat itu sudah buat saya jadi lelah duluan.
Saya rasanya tidak sanggup menjalani antrian yang super padat itu dengan kondisi perut yang sudah semakin membuncit ini mana pula kontraksi palsu sudah mulai sering meghampiri. Saya makin takut akan terjadi hal yang tidak diinginkan jika saya terus memaksakan diri untuk ikut serta mudik kali ini. Jadilah dengan berat hati bilang ke Pak Suami keputusan saya yang tidak ikut mudik kali ini.
Terlihat jelas Pak Suami kecewa dengan keputusan saya ini, sempat ngambek malah 😁 tapi saya tetap kekeuuh untuk tidak mau mengambil resiko. Jadilah hanya Beliau seorang diri yang tetap mudik. Sambil berdoa untuknya agar selamat sampai tujuan dan keluarga besar disana bisa mengerti dengan keadaan dan keputusan saya ini.
Hari Lebaran jadi rasa nano-nano, senang dan sedihnya bercampur jadi satu. Senang karena bisa kembali berkumpul lagi dengan keluarga besar saya, bisa Shalat Ied bareng lalu sungkeman. Kembali ke rumah dan makan bersama dengan menu andalan kami saat lebaran tiba. Tapi sedihnya yah karena gak ada Suami diantara saya dan Faraz.
Nyesek juga saat lihat foto-foto yang diupload teman-teman di sosmed lengkap dengan pasangannya, anak-anaknya. Sedangkan saya cuma foto berdua ama Faraz aja. Tidak cuma berdua aja sih sebenarnya, baru kali ini lagi saya bisa foto bareng dengan keluarga besar saya saat Lebaran Idul Fitri karena 3 tahun belakangan ini saya berlebarannya jauh dari mereka semua 😘😘
😍love love love😍 |
Nyesek juga saat lihat foto-foto yang diupload teman-teman di sosmed lengkap dengan pasangannya, anak-anaknya. Sedangkan saya cuma foto berdua ama Faraz aja. Tidak cuma berdua aja sih sebenarnya, baru kali ini lagi saya bisa foto bareng dengan keluarga besar saya saat Lebaran Idul Fitri karena 3 tahun belakangan ini saya berlebarannya jauh dari mereka semua 😘😘
Faraz ngantuk, sempat bobo pas perjalanan balik dari Mesjid 😊 |
Nah, itu cerita lebaranku. Bagaimana ceritamu? Share juga yukss 🤗
Diah
Diii tp skrg udah ada Bpk kan 😊
Mdh2an ramadhan depan bisa kita temui lg yaaa..Amin
Aku ngebayangin lebaran tanpa paksu 😶 lg hamil jugaaa.. setrong mamaaa 😘
Blm pernah lebaran tanpa pak suami. Dan ga kebayang kalo hrs gitu mba :). Hebat, mba bisa mau ditinggal dan sedang hamil pula.. :)
Tapi perjalanan dari KDI ke Raha memang padat say, adik iparku saja waktu mudik star dari situ jam 12 malam
Faraz anteng ya diah di masjid. Si iyas mah enggak bisa diem, hampir ilang pas dimesjid
Mbaaaa aku pas awal2 tau juga sempet ngajuin ke paksu gimandos klo lebaran ga pulkam dulu, e blio juga ngambeg kekeuh mo pulkam, yaweslah ku ngalah hahaaaa...pdhl kakak en kakak ipar bis lahiran bareng, otomatos ke4 ortu kami tetep ae dtg ke jkt abis lebaran..
Kayaknya kebahagiaan para suami tu emang kumpul bpk ibunya ya...
Tp pas baliknya blio pulang cepet sesuai jadwal masuk kantor, giliran sku skrg yg ditinggsl mpe dpt tiket kereta yg rada legaan, biar ga terlalu penuh
cerita lebaran kami selalu mengharu biru karena jauh dari tanah air :))
Banyak yang batal mudik nah, gegara sakit anaknya (bahkan orang tuanya juga)..
Faraz juga di.. Mau diapa.. Keadaan..