Cerita Toilet Training Fawwaz
Bismillahirrahmanirrahim.....
Setiap anak punya ceritanya sendiri, begitu pun memiliki tiga anak cowok ini masing-masing punya perkembangan yang berbeda meski pendekatan dan pengasuhannya sama. Seperti blogpost kali ini, Cerita Toilet Training Fawwaz sengaja dipost di sini biar jadi catatan Mama dan cerita untuknya kelak kalau kisah toilet trainingnya itu adalah salah satu pencapaian buatnya dan juga Mama dong.
Setiap anak punya ceritanya sendiri, begitu pun memiliki tiga anak cowok ini masing-masing punya perkembangan yang berbeda meski pendekatan dan pengasuhannya sama. Seperti blogpost kali ini, Cerita Toilet Training Fawwaz sengaja dipost di sini biar jadi catatan Mama dan cerita untuknya kelak kalau kisah toilet trainingnya itu adalah salah satu pencapaian buatnya dan juga Mama dong.
Secara saat itu kan saya masih belum full di rumah, jadilah cuma sekedar mengingatkan dan mengajak dia untuk segera say goodbye to diapers. Alasan lainnya juga sih karena waktu itu si Adek ini ngomongnya masih belum jelas dan saya pun belum melihat tanda-tanda kesiapan dia untuk pisah dari popok, yasudahlah let it flow aja deh. Saya yakin pasti akan ada saatnya juga dia tidak mau berteman dengan popok lagi.
Berawal dari Lockdown
Seiring waktu, bujukan pun terus dilancarkan meski dianya masih belum bergeming. Beberapa bulan kemudian (sekitar April), dia sudah mulai bisa bicara meski masih dengan bahasa planetnya, tapi sudah mendinganlah ketimbang sebelumnya. Dia juga sudah bisa laporan kalau sudah buang air besar, biar si popok bisa cepat diganti karena dia itu aslinya gak betah popoknya kotor dan berat. Ahaaa, pas banget juga waktu itu Bapaknya punya banyak waktu di rumah karena pandemi yang mengharuskan semua orang menjalani kegiatan dari rumah, work from home, school from home, dan jadi lockdown.Nah, kami sepakat untuk memulai toilet trainingnya saat itu. Mulailah diajarkan kalau habis mandi tidak usah pakai popok lagi ya! Kami juga pesan kalau mau pipis dan pup bilang ke Mama atau Bapak ya biar nanti buang airnya di kamar mandi. Dengan
FYI, Fawwaz ini memang rajin minum dan popoknya itu cepat full karena BAK jadilah kebayang dong sehari bisa ngabisin berapa popok, belum lagi kalau BAB. Nah, maka dicobalah ajak dia ke kamar mandi di setengah jam pertama setelah pakaian. Saya tanya mau pipis tidak? Katanya mau. Dibawalah ke kamar mandi, tunggu bentar eeehh si BAK gak ada yang keluar doong, zoonk. Apa mamak menyerah begitu saja? Ohh tentu tyiidaakk doong. Mari kita lanjutkan lagi perjuangannya.
Kali ini kita tambah durasinya, coba tawarkan ke kamar mandi 45 menit kemudian. Dan yeaay, dia berhasil buang air kecil lho. Setelah itu saya bujuk lagi pakai celana dan dia pun masih setuju. Selanjutnya 45 menit kemudian saya tawari lagi ke kamar mandi dan ternyata lagi-lagi tidak ada yang keluar. Kali ini, saat saya hendak pakaikan kembali celananya dia menolak dan kabur. Bosan kali ya diajak ke kamar mandi mulu? Dia pun minta pakai popok aja lagi bahkan malah ambil sendiri popoknya dan minta dipakaikan.
Hiyaaaa, percobaan hari itu berakhir dengan mamak menyerah dari si bocah. Kayaknya dia emang belum siap untuk lepas popok. Mamak pun juga mulai lelah karena ngejar Dedek yang saat itu sedang belajar berdiri dan ingin jalan sendiri. Bapak kemana? Ada sih, tapi doi mah gitu orangnya cuma jadi tim hore, anaknya pun juga maunya ama mama aja. Jadi gimana dooong? Fiiuh.
Toilet Training yang Sempat Mandek
Perjalanan toilet training itu memang tidak semulus jalan tol, ada kalanya harus berhenti di rest area, jadi let it flow saja lah yang penting tiba dengan selamat ehh maksudnya akhirnya lulus juga. Toh, tiap anak memang kan punya tahapan sendiri dalam perjalanannya. Saya juga sebenarnya tidak memberikan target padanya kapan harus lulus toilet training. Inginnya sih memang lebih cepat tapi kalau dari dianya sendiri belum siap, yasudahlah. Cukuplah menyapihnya saja kemarin yang dia jadi lulus lebih awal.So, setelah percobaan pertama itu dan kami belum bisa kembali deal ama dia soal toilet training ini maka diputuskan untuk mengikuti keinginannya. Tentunya sambil terus disounding dong kenapa harus lepas popok, biar kuman tidak nempel terus di pant*t. Kalau terus-terusan pakai popok itu jorok, nanti sakit dan sebagainya dan lain-lain dengan bahasa yang sesimple mungkin agar mudah dicerna.
Oh iya, kulit Si Fawwaz ini termasuk yang sensitif, kalau popoknya diganti dengan merek lain yang daya serapnya kurang, duuh bisa blas, hikss kasihan. Gak usah merek lain deh, merek yang biasa dipakainya saja tapi yang *sorry to say* versi ekonomis tuh ya bisa langsung buat kulitnya jadi blas. Ini udah pernah kejadian sekitar Desember lalu, gak cuma itu saja waktu bayi juga pernah kayak gitu. Benar-benar deh pant*tnya pengennya yang premium *sok banget yeee*.
Kembali Memulai Toilet Training
Jelang ultahnya yang ketiga, saya semakin greget ingin toilet training ini kembali diterapkan. Syukur-syukur kalau bisa langsung berhasil kan ya. So, akhir Juli lalu saya mulai lagi untuk deal ke dia agar kembali memulai toilet trainingnya. Saya ajak dia itu untuk tidak pakai popok lagi setelah mandi, saya bilang kalau pakai popok itu tidak baik, pipisnya numpuk di popok dan Fawwaz bawa kesana kemari, jorok. Dia diam sesaat dan mengangguk perlahan, lalu bilang iyah. Yeaay, makasih anak pintarnya Mama.
Jadilah hari itu kita mulai lagi petualangan toilet training. Bagaimanakah hasilnya?
Alhamdulillah bisa dibilang lancar, hari itu kisah toilet trainingnya sesuai dengan rencana. Setelah mandi pagi itu, saya tidak lagi memakaikan popok padanya. Saya bilang, kalau mau pipis (BAK) atau eong (BAB) Fawwaz nanti bilang ke Mama ya biar kita ke kamar mandi. Tiap setengah jam atau 45 menit pun juga saya selalu tanya ke dia mau pipis apa tidak? Mau eong kah? Meski dia bilang tidak ingin pipis, saya tetap bujuk untuk ke kamar mandi. Ya kali aja dia malas, terus tahan pipisnya kan payah. Di lain waktu dia sendiri yang tarik tangan saya tuk temani dia ke kamar mandi, bilang mau pipis. Horeeee, tepuk tangan.
Pokoknya seharian itu menguji kesabaran karena harus bertahan tanpa popok, pokoknya kali ini Mama tidak boleh menyerah. Malamnya kembali pakai popok, tapi saya pesan ke dia kalau nanti lepas popok juga ya kalau malam. Namanya juga belajar kan ya, kasihan juga dia pasti seharian udah capek bolak balik kamar mandi, biarlah dia tidur nyenyak dulu tanpa gangguan panggilan alamnya, hihihh.
Lepas Popok di Malam Hari
Lima hari berlalu dan selama itu juga dia berhasil tanpa popok di siang hari, bahkan malah sekarang ada kerjaan baru. Apa itu? Hampir 10 atau 15 menit sekali dia ngacir ke kamar mandi, katanya sih mau pipis padahal itu cuma alibinya aja biar bisa main air, ckckckk. Sabar mak, sabarrr.
Maka malamnya, saya pun mencoba tantangan baru ke dia. Sebelum tidur saya bilang ke dia kalau malam ini tidak usah pakai popok lagi ya, nanti kalau Fawwaz mau pipis atau eong bilang ke Mama, bangunin Mama aja gak apa-apa. Secara sih, saya perhatikan popoknya belakangan itu sudah tidak pernah full lagi seperti biasanya, bahkan malah nyaris kering. Jadilah malam itu kita coba tantangan barunya.
Saya yang memang sering terbangun malam, coba periksa dia: apa ada ompol apa tidak? Saya coba bangunin dia tuk ke kamar mandi tapi anaknya gak mau, yasudah gak apa-apa tidur aja lagi. Bangun pagi langsung buru-buru ajak dia ke kamar mandi dan yeaaay, berhasil! Dan berlanjut lagi ke malam berikutnya, lagi-lagi hasilnya tidak bangun di malam hari walau udah saya bujuk. Saya bangun Shalat Subuh juga lalu ajak dia buang air pun juga tidak mau. Yuhuuu, berhasil dong ini? Alhamdulillah.
Setelah tiga hari dicoba lepas popok di malam hari dan berhasil, maka boleh deh ini dikatakan resmi lepas popok. Yuhuuu, senangnya.
Ada sih kejadian ngompol, tapi malah beberapa malam setelah dinyatakan lulus toilet training. Kayaknya sih dia udah gak sadar kalau mau buang air. Padahal itu gak lama lho dari waktu saya bujuk ke kamar mandi. Pernah juga udah bangun terus tidur lagi, nah disinilah dia ngompol padahal saat bangun tadi udah sempat buang air kecil juga. Tak apalah, namanya juga belajar. Bersyukur deh sekarang udah ada sprei anti air. Thanks banget buat yang menemukan benda ajaib ini, berguna banget buat mamak-mamak yang punya balita apalagi yang sedang belajar toilet training karena benda ini bisa bantu banget urusan mamak dari jemur kasur, hihihih.
Begitulah cerita toilet training Fawwaz, sekarang sih udah semakin pintar. Malam itu bisa dibilang rutin bangun antara jam 1 malam atau jam 4, kadang sih juga sampai pagi tidak bangun tuk buang air kecil. Siang harinya sudah bisa bilang kalau mau buang air kecil maupun buang air besar.
Dari pengalaman mentatur dua anak ini, sama-sama punya benang merah yaitu kesiapan anak dan orangtua untuk memulai toilet trainingnya. Jangan lupa juga untuk beri pujian kepada anak karena telah berhasil melewati fase toilet training ini. Kalau ada rejeki lebih mungkin bisa diberikan hadiah juga biar dia merasa usahanya dihargai. Berhasil toilet training berarti kita bisa menghemat anggaran rutin dong ya yang bisa dialihkan ke kebutuhan lain juga, heheheh.
Tidak hanya itu saja, lulus toilet training juga berarti kita pun ikut berkontribusi menyelamatkan bumi dengan tidak merusak lingkungan lagi dengan limbah popok sekali pakai ini yang jumlahnya tidak kurang dari tiga buah per hari, per anak.
Yes, saya memang masih punya PR satu lagi nih soal toilet training ke Dedek. Semoga sih nanti bisa cepat lulus toilet training juga dianya. Makanya dari sekarang sudah mulai disounding juga nih tentang toilet training.
Ada yang punya pengalaman atau sedang ingin toilet training juga kah, Temans? Semangat ya, seperti Bundanya Zhaf yang juga telah berhasil mentatur Zhaf juga. Salut lho saya, secara Zhaf ini lebih muda dari umur Fawwaz untuk memulai toilet traininingnya. Penasaran kan ya? Ayo, intip cerita toilet training Zhaf juga yuk di blog Kamar Kenangan punya Bunda Siska Dwyta ya.
Semoga bermanfaat ya.
Mantap sekali ya mbak, dan itu harus di terapkan sejak dini dengan program toilet training nya, mengingat juga harga popok yang begitu mahal, jadi mending hemat dengan cara seperti mbak ini. Thanks ide nya mbak. Salam kenal.
Seru ya mom. Aku juga punya cerita seru waktu melatih toilet training anak.
Aku juga awal ngelatih toilet training pas korona ini sebelum anak sekolah. Memang pengennya bisa lepas popok. Alhamdulillah berhasil.
Wuaah keren bgt pengalaman toilet training ini.. aku jadi punya gambaran nanti kalo udah waktunya anakku harus lulus TT jg biar ga perlu beli popok lg hehe
Wah jadi ingat pengalaman toilet training anakku. Sama seperti Fawwaz nih kalau tidur malam ga pakai popok, coba ku bangunin malah marah-marah, syukurlah ga ngompol.
buat adiknya, aku ingin TT lebih cepat. Insya Allah setahun mau lepas popok aja biar hemat. hehe
Mesti ekstra sabar ya, prosesnya lama juga ya ada istirahatnya. Kadang kalau aku pernah terpancing emosi waktu toilet training anakku, sering ga keburu. Tapi akhirnya lulus juga.
Aku pun sempat dulu itu mandek pas toilet training, belum lagi aku harus kerja juga jadi beneran butuh support orang rumah juga untuk toilet training
Toilet training gak cuma butuh kesapan anak tapi kesiapan otunya juga ya mbak?
Dulu anakku jg aku maju mundur tapi bismillah ku ngepush diriku sendiri agak si anak pas sekolah udah bisa pakai toilet .
Alhamdulillah ternyata prosesnya tak semenakutkan yang ku duga hehe
Toilet training adik Kay (anak keduaku) sebenarnya termasuk terlambat nih. BAru diusia 3 tahun dia bnar-benar bisa lepas dari pospak. Tapi memang lancar sih.
Jadi inget kalau aku belum sharing cerita toilet training shanum juga nih mba. Shanum pun prosesnya sempat mandek kemarin itu. Tapi alhamdulillah lancar.
anak ku lepas diaper sekali pakai saat usia 4 bulan, sebelumnya pernah baca tentang TT sejak bayi dan aku coba, alhamdulilah, usia 1 tahun bepergian pun udah lepas total.
Yeaay sukses ya dek Fawwaz toilet training-nya. Ini nggak bisa dibilang mudah sih prosesnya, butuh kesiapan ortu dan anak ya mbak. Bener memang dengan diajarin toilet training bisa meminimalisir limbah popok sekali pakai sekaligus menyelamatkan bumi.
I feel you Mbak. Sedikir banyak mirip yang kualami saat TT Abrisham hehe. Mulai dari masih bocor *of course* sampai nolak diajak pipos malam hari. Alhamdulillah terlalui yah :''
Luarbiasa proses toilet training adik Fawwaz! Emang ya harus extra sabar menjalani proses anak lepas dari diapers
waah aku belum berhasil TT-in si kecil hihii.. masih blm kuat hati ngebayangin repotnya ;(
Waah maasyaAllaah, kebetulan saya memiliki bayi yang berusia hampir 3 bulan. Masih lama sih, tapi nggak ada salahnya untuk belajar apa-apa saja mengenai anak kan? Terima kasih kak Diah atas tulisannya, saya belajar banyak nih. Nggak tahu nanti akan seperti apa kasusnya di saya, semoga dimudahkan dan sayanya diberi kesabaran lebih untuk training anak masalah toilet hehe.
Selalu ada cerita seru dan pengalaman baru dalam tiap drama toilet training ya mbak. Terlepas dari itu, pasti akan jadi kenangan yang menyenangkan ðŸ¤
Selalu amazed sama ibu yang sabar ngajarin anaknya untuk toilet training. Karena selama ini saya baru bisa ngajarin toilet training ke kucing saya. Pasti kalau ke anak lebih challenging ya. Hebat sekali deh jadi seorang ibu hehehe.
Jadi keingetan sama proses toilet training anak... Bocor di mana-mana pernah dirasain..Ada capeknya, ada keselnya, tapi kalau pas sukses rasanya ya seneng juga... Bebas pakai popok sekali pakai ternyata melegakan sekali...
Harus memnutuhkan ekstra kesabaran ya mbak, saya jadi teringat tentang toilet training keponakan, harus pelan pelan sabar edukasinya. Pengalaman toilet training akan menjadi kisah yang berharga untuk tumbuh kembangnya anak ke depannya ya, edukasi itu penting.
Toilet training itu emang sesuatu ya mbak! Bahkan buat aku, menyusui jauh lebih mudah dibanding TT. Perlu kesabaran dan niat yang kuaattttt banget.
Alhamdulillah sekarang sudah sukses. Good job Fawwaz!
Usaha toilet training memang butuh kesiapan anak dan orang tua. Gimana anak mau ke toilet padahal biasanya dia tinggal buang hajat aja. Atau gimana orang tuanya mau mendampingi di tengah segala kesibukan.
Kalau nggak begitu ya nggak lulus-lulus toilet trainingnya. Kayak anak tetanggaku tu. Udah bisa jalan, udah lari-lari. Ngomongnya juga udah lancar eh masih aja dipopokin. Hehehe...
benar sekali mbak, toilet training itu pengalaman yang tak terlupakan
kadang penuh drama juga, tapi akan lega kalau berhasil melaluinya
fawwa hebat, sudah lulus toilet training
keren banget mama dan fawwaz, aku baca sampai akhir nih... soalnya bentar lagi kafa juga toilet training...
Saya dulu juga dikasih tips supaya berhasil toilet training tuh, ada di sabar dan sounding. Kalau sabarx ya gitulah ya. Kalau sounding, kitanya kudu kreatif cari kalimat sounding positif supaya anak merasa bahwa toilet training ini bukan krn paksaan
Emang yaaa, aku merasa kalau mau toilet training maupun sapih itu orang tua harus bener2 yakin dan melakukannys dgn total. Aku jg dulu pas tt kaya gt mbak, nunggu pindahan dlu ke Banjar dan di rumah sendiri biar totalitas dan ada yg bantuin ngepel kalau ngompol. Hihi
Jadi ingat nih sama proses toilet training anak pertamaku pas umurnya 2,5 tahun. Waktu itu pas aku lagi cuti melahirkan jadi bisa sekalian ngajarin kakaknya toilet training. Nah untuk anak kedua masih belum ada bayangan nih gimana dan kapan toilet trainingnya