Yuk, Dukung Program Langit Biru dengan Menggunakan BBM Ramah Lingkungan
Siapa nih kalau lagi melamun sukanya memandangi langit?
Lapang banget ya rasanya saat bisa melihat langit luas.
Apalagi jika langitnya sedang berwarna biru, cerah.
Auto nyanyi lagunya Teh Melly Goeslow deh pasti: bagaikan langit di sore hari, berwarna biru, sebiru hatiku, heheheh.
Eiits, tapi tahu gak sih kalau Pemerintah dalam hal ini Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan itu punya program keren bernama Program Langit Biru yang ternyata umurnya sudah lebih dari 1/4 abad, lho.
Sebenarnya dari beberapa waktu lalu penasaran sih dengan Program Langit Biru ini. Secara belakangan banyak teman-teman Blogger yang membahas hal ini di blog mereka dan akhirnya rasa penasaran saya pun terjawab juga setelah mengikuti webinar keren yang diselenggarakan oleh Kantor Berita Radio (KBR) bersama Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) pada Rabu, 9 Maret 2021 pagi kemarin yang mengusung tema: Penggunaan BBM Ramah Lingkungan Guna Mewujudkan Program Langit Biru.
Program Langit Biru atau dikenal juga dengan Prolabir adalah program yang diluncurkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup melalui Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 15 Tahun 1996 yang bertujuan untuk mengendalikan dan mencegah pencemaran udara dan mewujudkan perilaku sadar lingkungan baik dari sumber tidak bergerak yaitu industri, maupun sumber bergerak yang berasal dari kendaraan bermotor.
Meskipun program ini sudah terbilang cukup lama tetapi nyatanya belum semua masyarakat di Indonesia mengenal program ini, jujur sih salah satunya adalah saya sendiri sebelum saya membaca blog teman-teman Blogger dan menghadiri langsung event online KBR x YLKI kemarin.
Bicara langit biru identik dengan langit yang bersih, bebas dari pencemaran (polusi) udara yaitu perusakaan terhadap kualitas udara yang disebabkan oleh berbagai sumber, baik itu sumber biologis maupun non biologis. Seperti yang kita tahu sumber pencemaran udara itu berasal dari asap kendaraan bermotor, asap pabrik, limbah industri, limbah rumah tangga dan lain sebagainya. Namun, tidak bisa dipungkiri lagi bahwa penyumbang terbesar polusi udara di Indonesia adalah berasal dari asap kendaraan bermotor.
Talkshow dan Dialog Publik Tentang Program Langit Biru
Talkshow yang diselenggarakan pada Rabu 9 Maret kemarin bertema Penggunaan BBM Ramah Lingkungan Guna Mewujudkan Program Langit Biru, dipandu oleh Mas Rizal Wijaya dan Mas Maulana Isnarto yang menghadirkan beberapa narasumber antara lain:
- Bapak Tulus Abadi selaku Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI)
- Ibu Ir. Ratna Kartikasari, M.Sc mewakili Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutan (KLHK)
- Bapak Fabby Tumiwa, Direktur Eksekutif Institute for Essential Service Reform (IESR)
- Bapak Denny Djukardi, mewakili PT. Pertamina.
Program Langit Biru Menurut YLKI
Talkshow hari itu diawali dengan penjelasan dari Bapak Tulus Abadi, mengenai Program Langit Biru yang telah ada sejak 25 tahun lalu namun meskipun program ini telah lama, akan tetapi belum terlaksana dengan baik.
Dijelaskan bahwa rusaknya lingkungan saat ini disebabkan oleh polusi yang dipicu oleh pola konsumsi yang berbasis energi fosil yaitu pemakaian bahan bakar yang tidak ramah lingkungan.
Saat ini, Indonesia termasuk dalam 7 Negara (Indonesia, Bangladesh, Colombia, Mongolia, Ukraina dan Uzbekistan) yang masih menggunakan Bahan Bakar Minyak dengan oktan rendah atau Research Octane Number (RON) 88 yang lebih kita kenal dengan Premium. I
ndonesia masih menggunakan bahan bakar berstandar Euro II, yang mana memiliki tingkat sulfur yang tinggi sebagai pemicu kerusakan lingkungan. Sedangkan negara lain, termasuk negara ASEAN lainnya telah menggunakan standar IV bahkan di benua Eropa sana telah melirik standar Euro VI.
Menurutnya juga, jika saja Pertalite yang memiliki RON 90 ini ditambahkan 1 poin lagi sehingga menjadi RON 91 ini telah memenuhi syarat menjadi standar Euro IV. Ditambahkannya pula bahwa pada tahun 2015 lalu, Presiden Jokowi juga telah menandatangani Paris Agreement pada KTT Perubahan Iklim yang merupakan kesepakatan Internasional yang bertujuan untuk mengurangi emisi karbon sebesar 20-40% hingga tahun 2050.
Sayangnya, kesepakatan ini akan sulit terwujud jika masyarakat kurang sadar akan pentingnya menjaga lingkungan dan terus-menerus menggunakan BBM yang tidak ramah lingkungan.
Program Langit Biru Menurut KLHK dan Cara Menyukseskannya
Pada kesempatan selanjutnya, Ibu Ratna Kartikasari selaku Kepala Sub Direktorat Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Bergerak Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menjelaskan bahwa Pemerintah dalam hal ini KLHK telah menerbitkan Permen LHK, P.20 tahun 2017 yang mengatur tentang baku mutu emisi gas buang kendaraan bermotor, hanya Euro IV saja dan tidak ada lagi Euro II.
Pada sesi tanya jawab, Beliau juga menjelaskan bahwa ada beberapa cara yang dapat ditempuh oleh Pemerintah setempat untuk menyukseskan Program Langit Biru antara lain;
- Melakukan perbaikan pedistrian agar pejalan kaki bisa merasa nyaman dan aman berjalan di trotoar;
- Melakukan perbaikan transportasi massal yang murah, terjangkau, nyaman dan aman sehingga orang lebih memilih menggunakan transportasi umum ketimbang kendaraan pribadi;
- Membuat jalur sepeda kemudian selanjutnya merangkul komunitas sepeda dan juga influencer setempat untuk mengenalkan transportasi massal dan mengurangi penggunaan kendaraan bermotor agar menekan polusi udara.
Dampak dari Polusi Udara Menurut IESR
Selanjutnya, Bapak Fabby Tumiwa menjelaskan bahwa berbicara soal kualitas bahan bakar, regulasi Pemerintah lah yang kemudian harus memastikan agar bahan bakar yang dijual itu yang memenuhi standar yang dapat memenuhi kepentingan publik secara luas.
Kepentingan umum harus dilindungi. Standar-standar umum yang menyebabkan biaya ekonomi maupun sosial menjadi sangat tinggi inilah yang harus dikendalikan karena dampak dari polusi udara ini menyebabkan berbagai penyakit yang kemudian menimbulkan biaya kesehatan yang lebih tinggi yang harus ditanggung oleh publik maupun Pemerintah melalui BPJS Kesehatan.
Hal ini dikarenakan penyakit yang berkaitan dengan polusi udara makin mengalami peningkatan. Bahkan ada studi yang menunjukkan bahwa kerugian ekonomi mencapai nilai puluhan juta dikarenakan oleh penyakit yang disebabkan oleh polusi udara.
Maka dari itu, regulasi Pemerintah lah yang harus dipakai untuk mengendalikan prilaku masyarakat agar mau menggunakan bahan bakar yang ramah lingkungan dengan cara memperbaiki kualitas bahan bakar dan menyesuaikan dengan harga serta memasukkan komponen dampak lingkungan atau kesehatan dari penggunaan bahan bakar tersebut.
Program Langit Biru yang Dilakukan oleh Pertamina
Selaras dengan Program Pemerintah, menurut Bapak Denny Djukardi, selaku VP-Sales PT. Pertamina bahwa saat ini Pemerintah juga sedang melaksanakan Program Langit Biru yang mengutip nama program Pemerintah yang juga untuk mendukung program tersebut. Program Langit Biru yang dijalankan PT. Pertamina ini adalah program yang bisa memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk menggunakan bahan bakar dengan kualitas yang lebih baik.
Harga khusus Pertalite ini diberikan pada beberapa daerah sesuai kajian Pertamina meliputi pendapatan daerah per kapita, kegunaan bahan bakar, pertimbangan lain seperti daya beli dan yang dianggap bisa menerima bahan bakar dengan harga lebih baik.
Harapannya, setelah ini mereka dapat beralih meggunakan bahan bakar Pertalite secara permanen karena potongan yang didapatkan juga cukup lumayan hal ini juga memberikan pilihan pada konsumen untuk mendapatkan bahan bakar yang harganya tidak terpaut jauh dengan Premiumm. Setelah beberapa bulan, program ini menunjukkan hasil yang baik dan terus dilakukan evaluasi kesiapan wilayah-wilayah yang akan melakukan program tersebut.
Program Langit Biru di Mata Influencer
Tidak hanya narasumber-narasumber yang terkait, talkshow hari itu juga dihadiri oleh beberapa influencer dari beberapa daerah dan juga dihadiri oleh Nuggie yang selama ini dikenal dengan musisi yang sering mengusung tema-tema lingkungan.
Menurut Nuggie, sudah mengenal Langit Biru sejak tahun 2005 sebelum KLH menjadi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), dirinya telah bergabung dan menjalankan program Langit Biru dan program-program serupa yang mengacu pada mengurangi penggunaan kendaraan pribadi di masyarakat kota agar memberikan kesempatan pada udara agar berevolsi menjadi lebih baik.
Perkembangan Program Langit Biru ini harapannya agar koordinasi antar kementerian harus lebih gamblang (terbuka), sebagai contoh (kementerian) satu memberikan program Langit Biru yang (kementerian) satu lagi memberikan insentif pembelian kendaraan bermotor yang masih banyak dan masif, yang mungkin harus disiasati agar kebijakan-kebijakan dapat saling mendukung satu sama lain.
Penutup
Sebenarnya, banyak masyarakat telah mengetahui keunggulan dari bahan bakar yang memiliki RON tinggi, sebutlah saja Pertalite dan Pertamax ini yang dapat menjaga mesin kendaraan lebih awet ketimbang dengan terus mempertahankan memburu Premium yang nilai oktannya dibawah standard Euro IV.
Namun tidak bisa dipungkiri juga bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat kita pun tidak semua sama. Tapi jika memang benar-benar ingin program ini sukses, Pemerintah bisa saja 'memaksa' masyarakat untuk meninggalkan Premium dan beralih ke Pertalite dan Pertamax dengan cara menghilangkan produk Premium dari pasaran karena mau tidak mau dengan sendirinya masyarakat akan beralih ke bahan bakar yang ada.
Harapannya, dengan adanya talkshow semacam ini dapat mengajak lapisan masyarakat untuk lebih mengenal dan mendukung terlaksananya program-program Pemerintah yang tujuan akhirnya juga diperuntukkan bagi seluruh warga Indonesia.
Yuk, mulai saat ini mari kita sama-sama dukung Program Langit Biru dengan cara menggunakan BBM yang ramah lingkungan agar menekan tingkat polusi yang ada, yang selama ini menjadi penyumbang kerusakan lingkungan.
Dengan menggunakan BBM yang nilai oktannya tinggi juga sama dengan memberikan umur panjang bagi mesin kendaraan dan jarak tempuh pun lebih jauh. Jadi, tentunya jika dikalkulasi maka akan lebih hemat karena mengurangi biaya perbaikan kendaraan dan jadi tidak sering untuk mengisi ulang. Hmm, pantas aja sih dari dulu Paksu suka milih Pertalite dan Pertamax, karena hitungannya lebih hemat, katanya.
Yuk, udah pada pakai BBM yang ramah lingkungan juga kan? ;)
Tulisan ini diikutsertakan dalam Kompetisi Menulis Artikel Blog KBR X YLKI
Diah
oo saya baru tahu kalau Pertalite lebih baik di banding Premium. Oke deh, cus ganit ke RONnya yang standart lingkungan
Memberikan contoh dan teldan memang baiknya dari diri sendiri. Akan tetapi saya juga pensaran bagaimana bapak ibu yang ada di pemerinthan mengikuti program Langit Biru nan bermanfaat ini.
waaah memang kudu mulai aware nih dg issue lingkungan biar bumi kita terus terjaga :)
Wah sama banget ini dengan saya Mom. Suka memandangi langit biru, hihihii. Saya kalau memandang langit itu, bisa cepat dapat inspirasi untuk tulisan. Apalagi kalau langitnya berwarna biru cerah, dihiasi awannya yang berwarna putih bersih juga. Adem rasanya. Yuk sama-sama wujudkan Program Langit Biru dengan menggunakan BBM Ramah Lingkungan.
Sayang banget ya, program sebagus ini, tapi sosialisasinya sangat kurang, sehingga masih banyak masyarakat yang belum mengetahuinya.
Bahkan saya sendiri pun baru tau kalau ada program seperti ini. Padahal mantengin internet setiap hari, apalagi yang nggak main internet.
Saya juga sudah sedikit mendukung Program Langit Biru nih, soalnya motor butut saya juga pakai Pertamax sejak lama, ehehehe...
Nice infonya kakak
Dari dulu aq sudah pakai pertamax kak, menurut aq jadi lebih awet aja sih plus bisa dukung program langit biru ini
Kami ya pakai Pertalite sih. Tapi cuma nurutin anjuran pemerintah aja sih. Baru faham kalau memang lebih bagus Pertalite dibanding Premium karena lebih ramah lingkungan...
Udah lama ini programnya, sejak era 90-an ya. Semoga semangatnya tetap sama. walaupun gerakannya gak semasif yang diharapkan, tapi ya gak bisa disalahkan juga. KemenLH dan ESDM mungkin udah maksimal. Tapi kan ada institusi lain yang punya aturan beda. Contohnya saja soal produksi kendaraan roda dua dan empat. Tiap tahun meningkat, gak sebanding dengan penambahan ruas jalan dan penambahan transportasi publik.
program langit biru sudah diluncurkan sejak tahun 1996?
Duh saya kok kudet ya, emang sosialisasinya yang kurang atau saya yang kurang update informasi ya ini.
Semoga dengan adanya update informasi tentang program langit biru ini, lewat webinar dan banyak blogger yang menuliskannya, makin banyak masyarakat yang tahu dan bisa turut menyukseskan program ini
Kebetulan sekali saya sudah lama pakai Pertalite atau Pertamax, Mbak. Fokusnya ke Pertalite, memang. Apalagi ada promo-promo, ya.
Semoga lingkungan hidup kita makin sehat dan nyaman, aamiin
Alhamdulillah keluarga kami sudah memulainya sejak Pertalite muncul selalu pakai Pertalite dan tetap pakai Pertamax juga. Karena mengetahui juga kl BBM dengan oktan terendah itu berpotensi merusak lingkungan. Yuk ah dukung program langit biru
Aku baru tau nihh ada program langit biru.
Walaupun aku pribadi pun lebih nyaman pake Pertamax dari dulu..
Antusias banget dengan adanya program ini yang ternyata keberadaannya sudah lebih dari seperempat abad tapi saya pun baru tahu setelah membaca blogpost teman2 tentang Langit Biru. Yah semoga saja program ini berhasil sehingga masyarakat bisa beralih menggunakan BBM ramah lingkungan demi mewujudkan langit biru